CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 25 Maret 2013

Titrasi Asam Basa


  I.               Tujuan  

           
A.Menentukan konsentrasi HCl dan larutan NaOH   
            B.Menentukan kadar asam asetat dalam cuka dapur dengan titrasi asam basa

II.        Teori

            Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu suatu larutan. Dalam titrasi zat yang akan ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan disertai penambahan indicator. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan tandar, sedangkan indicator adalah zat yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi.Berdasarkan pengertian titrasi, maka titrasi asam basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat peniter (titrant) suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat peniter(titrant) suatu larutan asam, dengan reaksi umum yang terjadi ;Asam + Basa —> Garam + AirReaksi penetralan ini terjadi pada proses titrasi. Titik akhir titrasi adalah kondisi pada saat terjadi perubahan warna dari indicator. Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekivalen  titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa. Dengan demikian, pada keadaan tersebut (titik ekivalen) berlaku hubungan :
  • Va.Ma.a = Vb.Mb.b
  • Va = Volume asam (L)
  • Ma=Molaritas asam
  • Vb = Volume basa (L)
  • Mb = Molaritas basa
  • a = valensi asam, b = valensi basa

Pada percobaan ini, akan ditentukan konsentrasi HCl dalam Molar dengan menggunakan larutan NaOH dan indikator fenolftalein.
Titrasi Asam kuat dengan Basa kuatTitrasi Larutan HCl 0,1 M oleh larutan NaOH 0,1 MReaksi : HCl + NaOH —> NaCl+ H2O
Percobaan B : Penentuan kadar asam asetat dalam cuka dapurTitrasi larutanCH3COOH oleh larutan NaOH 0,1 M
Reaksi : CH3COOH + NaOH —–> CH3COONa + H2OReaksi ion bersih : CH3COOH + OH- —–> H2O + CH3COO-Dalam titrasi ini dipilih indikator PP (fenolftalein).
Pemilihan indikator tergantung pada titik setara (ekivalen) dan titik akhir titrasi. Indikator PP mempunyai selang pH = 8,3 – 10,0.
Pada kondisi asam (pH < 7), indikator pp tidak memberi perubahan warna, sedang pada kondisi basa (pH>7) indikator PP memberi warna merah muda.


III.       Alat dan Bahan

A. Alat :
·         Labu erlenmayer 125 ml
·         Pipet Volumetrik 10 ml
·         Buret
·         Labu ukur
·         Statif dan Klem
·         Corong Kecil
·         Botol Semprot
·         Pipet tetes
·         Gelas Kimia 100 ml
B. Bahan :
·         Larutan HCl 0,1 M
·         Larutan asam cuka
·         Larutan  NaOH 0,1 M
·         Indikator PP   

IV.       Cara Kerja

·         Percobaan A: Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat
1.       Sebanyak 10ml larutan HCl M diambil dengan pipet volumetrik lalu dipindahkan ke dalam labu erlenmayer 250ml.
2.      Sebanyak 5 tetes indicator PP ditambahkan ke dalam labu erlenmayer tersebut.
3.      Buret, statif dan klem disiapkan.
4.      Buret diisi dengan larutan NaOH 0,1M tepat ke garis nol.
5.      Kran buret dibuka secara perlahan sehingga NaOH tepat mengalir ke dalam labu erlenmayer.
6.      Titrasi dilakukan sampai didapatkan titik akhir titrasi (pink muda). Selama penambahan, labu erlenmayer digoyangkan agar NaOH merata ke seluruh larutan. Perubahan warna diamati. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi dicatat.
7.      Langkan 1-6 diulangi sehingga didapatkan dua data titrasi.

·         Percobaan B : Titrasi Asam cuka  dengan Basa Kuat
1.      Sebanyak 10 ml larutan asam cuka diambil dengan pipet volumetrik lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml , dan ditambahkan air hingga tanda batas.
2.      Pipet sebanyak 10 ml larutan tersebut ke dalam labu erlenmayer 125 ml , ditambahkan sebanyak 5 tetes larutan indicator PP.
3.      Titrasi dilakukan hingga didapatkan titik akhir titrasi.
4.      Langkah 2 dan 3 diulangi hingga diperoleh dua data titrasi.

V.        Hasil Pengamatan

1.      Volume titik akhir titrasi asam kuat- basa kuat

No
Volume HCL
Volume NaOH
1
10 ml
8,1 ml
2
10 ml
16,5 ml

2.   Volume titik akhir titrasi asam cuka – basa kuat

No
Volume Asam Cuka
Volume NaOH
1
10 ml
1,5 ml
2
10 ml
3,5 ml

VI.       PERTANYAAN

1. Bagaimana perbedaan titrasi A dan B ditinjau dari pH titik ekivalennya?

 Percobaan A
·             pH Asam Kuat = 1-log 1,23
·             pH Basa Kuat = 13
·             pH Ekivalen = 8 sd 9

Percobaan B 
·         . pH Asam Lemah = 1- log 2,5
·           pH Basa Kuat = 13
·           pH Ekivalen = 8 sd 10
2.Hitunglah konsentrasi larutan HCl dengan data percobaan A!


                         Va . Ma . a = Vb . Mb . b
                         10 .  Ma . 1 = 12,3 . 0,1 . 1
                        10  .  Ma      = 1,23/10
                                 Ma     = 0,123

3. Hitunglah konsentrasi larutan Cuka dengan data percobaan B
                                 Va . Ma . a = Vb . Mb . b
                         10 .  Ma . 1 = 2,5 . 0,1 . 1
                        10 .  Ma      = 0,25
                                 Ma     = 0,025

4. Mengapa pada setiap titrasi asam basa diperlukan indikator?
  Karena larutan indicator adalah zat yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir (yang dikenal dengan istilah titik titrasi).
5.Buatlah  sketsa grafik pH larutan terhadap volum larutan NaOH
Percobaan A



     
HCL- NaOH
Asam kuat dan Basa Kuat


Percobaan B

CH3COOH - NaOH
Asam lemah dan Basa Kuat


VII.     KESIMPULAN :

            Untuk mengetahui sebuah konsentrasi suatu larutan dapat menggunakan cara titrasi, yaitu dengan cara mencampur suatu larutan asam dengan larutan basa dan menggunakan bantuan larutan-larutan indikator untuk mengetahui titik akhir titrasi.
pH ekivalen titrasi asam kuat dengan basa kuat = 8-10
pH ekivalen titrasi asam lemah dengan basa kuat = 8-9


Nama Kelompok :
- Nurin Sabrina
- Reysmia Rizky Febria
- Salsabilla Intan
- Tiana Handayani
- Widya Naufalinda
Kelas : XI IPA I